Rabu, 21 September 2022

Lauk Tempe dan Sejarah Asal Usulnya

Sejarah tempe di Indonesia

Kata Tempe ditemukan pada manuskrip Serat Centhini jilid 3 yang menggambarkan perjalanan Mas Cebolang dari Candi Prambanan menuju Pajang dan mampir di dusun Tembayat Kabupaten Klaten, dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat salah satu lauknya adalah Brambang Jae Santen Tempe.

Kata tempe berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu Tumpi yang berarti makanan yang berwarna putih. Tempe pada awalnya dibuat dari kedelai hitam.

Tempe dikembangkan di Jawa sebelum abad ke-16 dan dikenal di masyarakat ada Tempe Jogja, Tempe Banyumas, Tempe Malang dan Tempe Pekalongan.

Tekonologi pengolahan Tempe merupakan teknologi yang berasal dari rakyat secara turun-temurun.

Cara pengolahan Tempe sangat bervariasi, namun pada prinsip dasarnya sama, yaitu menciptakan kondisi yang cocok untuk perkembangan kapang (jamur tempe).

Asal-usul Tempe Dari Klaten

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten mendukung penuh gerakan Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia dan Forum Tempe Indonesia, mengajukan tempe sebagai penganan warisan budaya dunia ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).


Hal itu diungkapkan Assisten Ekonomi Pembangan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Klaten, Purwanto Anggono Cipto, saat membacakan sambutan Bupati Klaten Sunarna, dalam rangka membuka seminar yang bertajuk “Tempe, Dari Klaten Untuk Indonesia dan Dunia”, Kamis (15/10) di Pendopo Pemkab Klaten.

“Ternyata tempe yang sangat mendunia sejarahnya berasal dari Kecamatan Bayat Klaten. Jangan malu kita disebut masyarakat tempe,” ujar Purwanto Anggono Cipto.

Lebih Lanjut Purwanto Anggono Cipto mengatakan Pemkab Klaten berencana membangun monumen tempe sebagai wujud dukungan tempe sebagai warisan budaya dunia. Rencana monumen tersebut akan dibangun tahun 2016.

“Tempe ditemukan dalam serat centhini jilid III (tempe berasal dari Bayat, Klaten). Monumen tempe yang akan dibangun diharapkan bisa menjadi simbol sejarah kota kelahiran tempe. Tempe telah memperoleh kedudukan tinggi di antara jenis penganan di Indonesia. Ke depan, Klaten juga perlu dirancang sebagai tempat eco-edu-wisata tempe,” kata Purwanto Anggono Cipto.

Sementara itu, Ketua Forum Tempe Indonesia Indonesia, Made Astawan, kebutuhan nasional terhadap tempe di Indonesia per tahun mencapai 2,5 juta ton. Sementara, produksi tempe di Indonesia baru mencapai 800.000 ton per tahun. Sebagai bangsa produsen tempe di dunia, tingkat produksi tempe di Indonesia terbilang masih kecil.

“Tempe ini sudah dikonsumsi di 20 negara, seperti Indonesia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. Ini terus kami perjuangkan agar tempe bisa diajukan sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) ke UNESCO (tempe ditarget diterima UNESCO tahun 2018),” ujar Made Astawan.

Dalam seminar tersebut hadir sebagai pembicara Ketua Forum Tempe Indonesia, Made Astawan; Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Marry Astuti; Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Rimbawan; pelaku pembuat tempe asal Klaten, Sudiro Niti Suhardjo. Selain pembicara tersebut, kegiatan ini juga dihadiri sejumlah kepala desa (kades), pengelola sekolah, dan anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Klaten.

Sumber: sumber gizi dan wawasan pangan Indonesia

https://kakangesedulurku.blogspot.com/ 







numpang link:

https://m.facebook.com/papurgragrahaprima2021
https://www.facebook.com/contrytambunraya
https://sanasinipotoku.blogspot.com/
https://laksmierahma2022.blogspot.com/2022/09/acara-silaturahmi-paguyuban-banyumasan.html
https://rezmadelesindah.blogspot.com/2022/09/community-onthel-tambun-raya-contry.html
https://papurgragrahaprima2018.blogspot.com/2022/09/community-onthel-tambun-raya-contry-2022.html https://photos.app.goo.gl/3YjTC3wpadAuahkPA
(album PBB)


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar